Mak Piah dan Mak Kodak, warga RT 01 RW 02 Kampung Kebon, Desa Jejalen Jaya, Tambun Utara Warga terdampak Kali Baru banjir Bekasi
Dampak yang Dirasakan Warga Hilir
Bekasi, – Mediarjn.com – Mak Piah dan Mak Kodak, warga RT 01 RW 02 Kampung Kebon, Desa Jejalen Jaya, Tambun Utara, menjadi saksi nyata dari dampak buruk belum tuntasnya normalisasi Kali Baru. Rumah mereka terendam air akibat saluran hilir yang jebol, sementara penertiban baru dilakukan di wilayah hulu. Ketimpangan ini memperlihatkan perlunya penanganan menyeluruh dan berkesinambungan.
Mengapa Normalisasi Harus Menyeluruh
Fenomena luapan air meski tanpa hujan lebat menunjukkan bahwa daya tampung saluran air di hilir sudah kritis. Menurut tokoh masyarakat setempat, penyempitan dan sedimentasi yang menahun membuat hilir Kali Baru tak lagi mampu menjalankan fungsinya sebagai jalur drainase utama. Situasi ini menuntut pemerintah untuk tidak berhenti hanya pada pembongkaran bangunan liar di hulu, melainkan menindaklanjuti hingga tuntas di seluruh aliran.
Yang Perlu Dilakukan
- Evaluasi Menyeluruh: Pemkab Bekasi bersama Dinas Sumber Daya Air perlu menyusun rencana normalisasi berbasis pemetaan wilayah rentan banjir, termasuk kawasan permukiman padat penduduk seperti Puri Cendana dan Villa Satu.
- Kolaborasi Lintas Sektor: Pemerintah provinsi, daerah, dan pemangku kepentingan lokal harus bersinergi dalam skema normalisasi terpadu. Pendekatan sektoral tak lagi memadai dalam konteks perubahan iklim dan meningkatnya intensitas curah hujan.
- Partisipasi Aktif Masyarakat: Pernyataan Mak Piah dan Mak Kodak, yang tidak menolak rumahnya dibongkar demi kepentingan bersama, menunjukkan kesiapan warga untuk mendukung program pemerintah. Namun, keterlibatan mereka harus difasilitasi melalui komunikasi yang transparan dan humanis.
Harapannya ke Depan
Tokoh masyarakat ini berharap Camat Tambun Selatan dan Tambun Utara segera meninjau lokasi, membuktikan secara langsung kondisi saluran air, dan memastikan bahwa perbaikan tidak berhenti pada penertiban bangli saja, tetapi mencakup normalisasi secara menyeluruh hingga ke hilir.
“Air sudah naik, padahal tidak sedang hujan. Jika curah hujan meningkat dan hulu tidak selaras dengan hilir, maka banjir akan merendam perumahan dan perkampungan seperti Puri Cendana dan Villa Satu,” ungkap Puji.
Langkah Responsif yang Diharapkan
Warga mendesak agar Camat Tambun Utara dan Dinas terkait segera melakukan inspeksi lapangan ke wilayah hilir. Pemeriksaan faktual dibutuhkan agar data dan keputusan berbasis realitas, bukan sekadar laporan administratif. Transparansi anggaran dan jadwal kerja normalisasi juga menjadi harapan warga demi menghindari konflik dan spekulasi sosial.
Masalah banjir dan tata kelola lingkungan tidak bisa ditangani setengah hati. Jika normalisasi hanya dilakukan di satu sisi, maka bencana hanya berpindah tempat. Komitmen warga seperti Mak Piah dan Mak Kodak menjadi pelajaran bahwa program pemerintah akan berhasil jika dijalankan dengan kesetaraan, keadilan, dan komunikasi yang konstruktif.