Ilustrasi Gambar halaman depan SMP Negeri 01 Tarumajaya saat peringatan Hardiknas 2025 di Kabupaten Bekasi
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, – Mediarjn.com – Dalam momen sakral peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 yang mengusung tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, SMP Negeri 01 Tarumajaya justru menjadi sorotan. Hal ini terjadi menyusul dugaan tindakan tidak bersahabat pihak sekolah terhadap kehadiran wartawan yang hendak meliput kegiatan upacara.
Yang Terjadi
Pada Jumat, 2 Mei 2025, tim jurnalis dari mediarjn.com mendatangi SMP Negeri 01 Tarumajaya untuk meliput kegiatan peringatan Hardiknas. Mereka telah mengisi buku tamu dan menyerahkan identitas Kartu Tanda Anggota (KTA) wartawan kepada petugas keamanan sekolah sebagai bentuk itikad baik untuk melakukan peliputan secara resmi.
Namun, alih-alih mendapat sambutan terbuka, tim jurnalis justru merasa diabaikan. Salah satu jurnalis, Frans Simaremare, menyampaikan bahwa mereka sempat dimediasi oleh petugas keamanan dan dipertemukan dengan Evi, yang disebut sebagai humas sekolah. Evi menyatakan bahwa Kepala Sekolah, Tri Suyanti, sedang mengikuti kegiatan lanjutan pasca-upacara. Tetapi kenyataannya, kepala sekolah disebut berada di ruangannya.
Menjadi Masalah
Dalam konteks demokrasi dan keterbukaan informasi publik, lembaga pendidikan negeri—yang didanai oleh negara—seharusnya bersikap terbuka terhadap media. Apalagi, kehadiran media pada momen Hardiknas bertujuan mengangkat narasi positif tentang semangat pendidikan, bukan mencari sensasi. Keengganan pihak sekolah untuk memberikan pernyataan resmi menimbulkan dugaan adanya ketidaksiapan atau bahkan sikap anti terhadap kehadiran wartawan.
Tanggapan dari Ruang Jurnalis Nusantara (RJN) Bekasi Raya
Ketua RJN Bekasi Raya, Hisar Pardomuan, menyayangkan kejadian tersebut dan menyatakan:
“Sangat disayangkan bila lembaga pendidikan seperti SMP Negeri 01 Tarumajaya justru terkesan alergi terhadap wartawan. Pers adalah mitra pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Kami hadir bukan untuk menghakimi, tapi untuk menyampaikan realita dan aspirasi. Kejadian ini menunjukkan perlunya pembinaan komunikasi publik bagi pihak sekolah agar tidak mencederai semangat Hardiknas yang justru menekankan kolaborasi dan partisipasi semesta.”
Implikasinya
Kejadian ini berpotensi memperburuk citra sekolah di mata publik dan menimbulkan pertanyaan soal transparansi. Dalam dunia pendidikan modern, keterlibatan media menjadi sarana strategis untuk memperkuat nilai-nilai keterbukaan, akuntabilitas, dan apresiasi atas dedikasi guru serta insan pendidikan lainnya.
Langkah Selanjutnya
Diharapkan Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi dapat menindaklanjuti laporan ini secara objektif, serta memberikan arahan yang konstruktif kepada seluruh sekolah agar tidak terjadi kesalahpahaman serupa di masa mendatang.
Boy Hutasoit & Frans Simaremare