Memuat berita terbaru...  

Media Rubrik Jurnal Nusantara - Inspiratif - Inovatif - Kompetitif"
Slider Banner HUT RI 80  
   
quotes Jurnalistik HUT KEJAKSAAN RI 80 BANNER 000      HUT Kejaksaan RI 80 banner 00  HUT KEJARI 80 banner 02 HUT KEJARI 80 BANNER 03 HUT KEJARI 80 BANNER 04 HUT Kejaksaan RI 80 banner 05 HUT Kejaksaan RI 80 banner 06    
Ilustrasi ketegangan geopolitik Jepang dan China yang meningkat, mengancam stabilitas kawasan Asia Pasifik dan Indonesia. (Prof. DR KH Sutan Nasomal SH, MH, pakar hukum internasional sekaligus ekonom nasional).

Jakarta, – Mediarjn.com Memanasnya eskalasi geopolitik antara Jepang dan China dinilai sebagai ancaman nyata bagi stabilitas kawasan Asia dan keamanan nasional Indonesia. Prof. DR KH Sutan Nasomal SH, MH, pakar hukum internasional sekaligus ekonom nasional, meminta Presiden RI Prabowo Subianto untuk menetapkan status siaga satu terhadap potensi krisis tersebut.

Peringatan Dini: Indonesia Harus Pantau Situasi 24 Jam

Prof. Sutan Nasomal menegaskan bahwa meningkatnya suhu ketegangan di kawasan Asia Timur harus menjadi cermin dan peringatan bagi pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah antisipatif.

“Dengan situasi Jepang–China yang semakin memanas, Presiden RI harus menjaga segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Saya mendorong agar RI siaga satu mulai sekarang dan memerintahkan Panglima TNI, Kapolri, serta Menteri Luar Negeri untuk memantau kondisi global 1×24 jam nonstop,” ujarnya melalui sambungan telepon, Kamis (21/11/2025).

Menurutnya, gejolak tersebut memperlihatkan risiko konflik terbuka yang dapat berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap Indonesia.

Eksodus Warga Asing: Indikasi Meningkatnya Bahaya

Prof. Sutan mengungkapkan bahwa tanda-tanda eskalasi perang semakin terlihat. Jepang mulai menarik warganya dari China, sementara China meminta warganya keluar dari Jepang secepat mungkin.

“Bila dua negara mulai menarik warganya masing-masing, itu pertanda kuat bahwa konflik bersenjata bisa meletus dalam hitungan hari,” jelasnya.

Analisis Kekuatan Militer: China Unggul, Jepang Berpengalaman Perang

Dalam analisisnya, Prof. Sutan memaparkan bahwa China memiliki kekuatan militer yang lebih besar dibanding Jepang, termasuk aliansi strategis dari Korea Utara dan Rusia.

Meski demikian, Jepang tidak bisa diremehkan.

“Jepang memang tidak sekuat China secara jumlah dan teknologi militer, tetapi pengalaman perang dan kemampuan teknologinya tidak bisa dipandang sebelah mata. Jepang juga punya sejarah mengalahkan China pada Perang Dunia II,” terangnya.

Ancaman Nuklir: Potensi Perang Dunia Mini

Prof. Sutan menyebutkan bahwa perang nuklir bukan lagi kemungkinan kecil. Negara pemilik hulu ledak nuklir—seperti Amerika Serikat dan Rusia—diperkirakan dapat terseret situasi.

Ia menilai kondisi global saat ini sudah berada pada fase kritis:

  • Stok alat militer dunia terkuras karena perang Rusia–Ukraina.
  • Ketegangan di Timur Tengah antara Palestina–Israel memperparah ketidakstabilan.
  • Negara-negara besar mulai menyiapkan opsi nuklir sebagai puncak “olimpiade kekuatan militer”.

“Perang nuklir bisa saja terjadi bila Jepang dan China bentrok. Korut, Korsel, Rusia, dan Amerika pasti ikut terseret,” tegasnya.

Dampak Langsung bagi Indonesia: Samudera Indonesia Jadi Terminal Militer Dunia

Prof. Sutan memperingatkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi wilayah strategis yang terdampak, terutama pada jalur maritim internasional.

“Samudra Indonesia bisa menjadi terminal kapal selam dan kapal induk negara-negara besar. Pulau-pulau Indonesia berpotensi dijadikan titik logistik militer,” katanya.

Ia memprediksi bahwa jika perang terjadi di Laut China Selatan dan Jepang, konflik justru akan berlarut-larut di wilayah perairan Indonesia.

Situasi Global Menuju 2026: Pakar Sebut Perebutan Taiwan Akan Seperti Palestina

Dalam proyeksinya untuk tahun 2026, Prof. Sutan menyebut Taiwan akan menjadi objek adu kekuatan militer seperti Palestina di Timur Tengah.

“Taiwan bisa hancur menjadi ajang uji coba kekuatan Timur dan Barat,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa keterlibatan Amerika dan Rusia di Asia bukan lagi kemungkinan, melainkan kecenderungan yang sudah terlihat sejak lama.

Seruan untuk Pemerintah: Perkuat Pertahanan dan Antisipasi Skenario Terburuk

Prof. Sutan menilai bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi risiko geopolitik global yang semakin tak terduga.

“Indonesia harus memperkuat kesiapan militernya mulai dari sekarang. Pemerintah wajib mengambil langkah strategis sebelum hal terburuk terjadi,” tutupnya.


Narasumber:
Prof. DR KH Sutan Nasomal SH, MH
Pakar Hukum Internasional & Ekonom Nasional
Presiden Partai Oposisi Merdeka
Pendiri/Pengasuh Ponpes ASS SAQWA Plus

(Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *