“Dialog mahasiswa Universitas Mpu Tantular dan Polri membahas transformasi digital dan pemanfaatan AI dalam pelayanan publik.”
Jakarta, – Mediarjn.com – Kegiatan dialog publik yang melibatkan mahasiswa dari berbagai kampus, termasuk mahasiswa Sekolah Tinggi Kepolisian (STKP), menjadi ruang diskusi penting mengenai transformasi Polri, perkembangan teknologi digital, serta tantangan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam layanan kepolisian. Diskusi ini berlangsung pada episode ketiga program dialog akademik yang menghadirkan mahasiswa sebagai aktor utama.
Mahasiswa Berperan Aktif dalam Dialog Transformasi Polri
Dialog tersebut dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk peserta dari luar kampus penyelenggara. Kehadiran mahasiswa lintas kampus dianggap penting untuk memperkaya sudut pandang dan memperluas ruang dialog publik yang konstruktif.
Menurut narasumber, pelibatan mahasiswa tidak hanya memberikan dinamika baru, tetapi juga menempatkan mereka sebagai calon pemimpin masa depan yang harus memahami tantangan era digital dan transformasi kelembagaan Polri.
Polri Siap Menerima Kritik dan Mendorong Kritik Masyarakat yang Konstruktif
Dalam diskusi tersebut, salah satu isu utama yang dibahas adalah kesiapan Polri dalam menerima kritik masyarakat, khususnya terkait pelaksanaan transformasi teknologi dan pelayanan publik.
Polri menegaskan bahwa institusi terbuka terhadap masukan, namun masyarakat pun diharapkan memiliki kesiapan mental untuk menerima kritik balik terkait kedisiplinan, kepatuhan hukum, dan etika digital.
“Polri siap menerima kritik. Tetapi masyarakat juga harus siap untuk dikritik, agar tercipta hubungan timbal balik yang sehat,” ujar salah satu perwakilan Polri.
Tantangan Era Digital: AI Tidak Selalu Dipandang dari Sisi Positif
Pembicara dari Polri mengingatkan bahwa teknologi AI dalam kepolisian bukan hanya memiliki manfaat, tetapi juga memunculkan risiko dan tantangan baru. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat dianggap sebagai prioritas.
Polri dan para akademisi menilai bahwa pemahaman publik terhadap teknologi kecerdasan buatan harus dibangun sejak dini agar masyarakat dapat menilai dengan tepat kelebihan, risiko, dan batasannya.
Mahasiswa Jadi Generasi Kunci dalam Adaptasi Teknologi Kepolisian
Menariknya, pada episode ketiga dialog ini, mahasiswa menjadi pembicara utama. Tema yang diangkat mencerminkan peran krusial generasi muda dalam memahami dan mempersiapkan diri menghadapi era teknologi kepolisian yang semakin canggih.
Narasumber menekankan bahwa mahasiswa adalah calon pemimpin yang kelak akan mengambil keputusan besar terkait tata kelola teknologi dan kebijakan publik.
Usulan Perluasan Dialog Bersama Kampus Lain
Dalam diskusi, muncul saran agar dialog serupa dapat diperluas ke kampus lain untuk menciptakan komunikasi dua arah yang lebih komprehensif. Melibatkan mahasiswa dari beragam latar belakang dinilai akan memperkaya hasil diskusi dan memperluas jangkauan edukasi publik mengenai transformasi Polri.
Transformasi Polri Memerlukan People, Proses, dan Teknologi
Pembicaraan juga menyoroti tiga unsur penting dalam transformasi Polri: sumber daya manusia, teknologi, dan proses kerja. Teknologi seperti AI, sistem ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), QR Code pembayaran tilang, hingga pengawasan kecepatan berbasis sensor dinilai mampu meningkatkan efektivitas pelayanan publik.
Contoh konkret disampaikan terkait ETLE dan sistem pembayaran tilang:
“Masyarakat sebenarnya cenderung patuh aturan, tetapi proses administrasi yang rumit selama ini menyulitkan. Jika tilang bisa dibayar langsung lewat QR Code, prosesnya lebih efisien dan menghemat waktu.”
AI Dianggap Solusi untuk Efisiensi Proses Penegakan Hukum
Narasumber menjelaskan bagaimana AI dapat mempercepat proses penegakan hukum, terutama dalam pelanggaran lalu lintas di wilayah seperti NBZ yang memiliki tingkat kecepatan kendaraan sangat tinggi.
AI mampu mendeteksi pelanggaran secara otomatis dan mengirimkan bukti administrasi (BA) dalam hitungan detik. Teknologi ini dinilai akan membantu menekan angka kecelakaan dan meningkatkan kepatuhan masyarakat.
Edukasi Publik Jadi Kunci Keberhasilan Transformasi Digital Polri
Dialog mahasiswa dan Polri ini menunjukkan bahwa keberhasilan transformasi Polri tidak hanya ditentukan oleh teknologi, tetapi juga oleh pemahaman publik dan kesiapan generasi muda menghadapi perubahan.
Kegiatan seperti ini diharapkan dapat terus diperluas untuk menciptakan ekosistem komunikasi publik yang lebih sehat, kritis, dan kolaboratif antara Polri dan masyarakat.

