Memuat berita terbaru...  

Media Rubrik Jurnal Nusantara - Inspiratif - Inovatif - Kompetitif"
Slider Banner HUT RI 80  
   
Hari Kesaktian Pancasila Sekdes Sumberjaya quotes Jurnalistik Hari Kesakitan Pancasila. Kepala Desa, Jejalenjaya. H. KumpulHari Kesakitan Pancasila, Kades Tambu. H. Jaut HUT KEJAKSAAN RI 80 BANNER 000      HUT Kejaksaan RI 80 banner 00HUT KEJARI 80 BANNER 01  HUT KEJARI 80 banner 02 HUT KEJARI 80 BANNER 03 HUT KEJARI 80 BANNER 04               HUT Kejaksaan RI 80 banner 05 HUT Kejaksaan RI 80 banner 06 HUT Kejaksaan RI 80 banner 07    
Dugaan kasus keracunan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) puluhan siswa SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara

Jakarta – Mediarjn.com — Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi siswa di berbagai daerah kembali menuai sorotan tajam. Pasalnya, kejadian keracunan massal yang menimpa puluhan siswa SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, pada pekan ini, menimbulkan kekhawatiran nasional terhadap keamanan pelaksanaan program tersebut. Kamis (16/10/25).

Keracunan Massal Siswa Toba Picu Keprihatinan Publik

Sebanyak 52 siswa dilaporkan mengalami keracunan makanan usai mengonsumsi hidangan dari program MBG di sekolah. Insiden tersebut menambah daftar panjang kasus serupa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.
Kejadian ini memunculkan rasa takut di kalangan orang tua siswa, yang kini mulai melarang anak-anak mereka untuk mengonsumsi makanan dari program MBG.

Prof. Sutan Nasomal: Presiden Harus Evaluasi dan Hentikan Sementara MBG

Menanggapi hal tersebut, Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, SH., MH., menyampaikan keprihatinan mendalam. Ia menilai, tujuan mulia program MBG justru berbalik menjadi ancaman bagi keselamatan anak bangsa.

“Selamatkan anak bangsa. Program MBG bukan untuk mencelakai, tetapi untuk memberi gizi. Bila banyak korban keracunan, bahkan sampai mengancam nyawa, Presiden Prabowo Subianto sebaiknya menghentikan sementara pelaksanaan MBG sambil melakukan evaluasi menyeluruh,” tegasnya.

Tegakkan Hukum dan Perketat Pengawasan

Prof. Sutan menekankan pentingnya ketegasan penegak hukum, khususnya Polri, untuk menindak para pelaksana program di lapangan bila terbukti lalai.

“Siapa pun yang memasak atau mengelola makanan dalam program MBG dan menyebabkan keracunan harus ditangkap serta diproses hukum. Ini soal tanggung jawab terhadap nyawa manusia,” ujarnya menegaskan.

Menurutnya, pengawasan dan keterlibatan ahli gizi sangat lemah dalam implementasi MBG, sehingga perlu diperbaiki secara sistematis agar tidak terulang di masa mendatang.

Alihkan Anggaran ke Program yang Lebih Strategis

Selain meminta evaluasi, Prof. Sutan juga mengusulkan agar alokasi anggaran MBG sementara dialihkan ke program lain yang lebih mendesak dan berkelanjutan, seperti:

  • Pemulihan desa miskin menjadi desa maju,
  • Pengadaan sumber air bersih di daerah rawan kekeringan,
  • Dan pengembangan program transmigrasi produktif untuk pemerataan kesejahteraan.

Evaluasi dan Harapan

Program MBG sejatinya bertujuan mulia untuk meningkatkan gizi anak bangsa. Namun, tanpa sistem pengawasan yang kuat dan kontrol mutu yang ketat, tujuan baik tersebut bisa berubah menjadi petaka.
Pemerintah diharapkan segera melakukan audit menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG, memperbaiki mekanisme distribusi makanan, serta memastikan hanya tenaga ahli yang terlibat dalam proses penyajiannya.
Harapan publik kini tertuju pada langkah konkret pemerintah untuk memastikan setiap suapan gizi yang dikonsumsi anak sekolah adalah sumber kesehatan, bukan ancaman kehidupan


Penulis: Rd Ahmad Syarif

Editor: Rd Ahmad Syarif

Sumber: Wawancara langsung dengan Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, SH., MH.,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *