Tri Adhianto tidak hadir di acara Bulan Bung Karno yang dihadiri tokoh PDIP di Monumen Perjuangan Rakyat Bekasi, Minggu 15 Juni 2025
Kota Bekasi, – Mediarjn.com – Ketidakhadiran Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, dalam peringatan Bulan Bung Karno yang diselenggarakan oleh Banteng Kota Bekasi (BangKosi) di Monumen Perjuangan Rakyat Bekasi, Jalan Veteran, pada Minggu (15/06/2025), memunculkan sejumlah pertanyaan dari berbagai kalangan masyarakat dan pengamat politik lokal.
Padahal, acara sakral tersebut menghadirkan sejumlah tokoh nasional dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), termasuk Adian Napitupulu (Anggota DPR RI), Ono Surono (Ketua DPD PDI-P Jawa Barat/Wakil Ketua DPRD Jabar), dan Krisdayanti (Mantan Anggota DPR), serta para kader dari tingkat daerah hingga nasional.
Yang Terjadi
Meski kegiatan tersebut dikemas sebagai refleksi ideologis dan historis memperingati nilai-nilai perjuangan Bung Karno, terutama di wilayah Bekasi yang sarat makna historis dalam perjalanan bangsa, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto yang juga merupakan Ketua DPC PDI-P Kota Bekasi justru tidak tampak hadir.
Yang Menyoroti
Pengamat politik Kota Bekasi, Iskandarsyah (Direktur eksekutif Etos Indonesia Institute) menyayangkan absennya figur sentral PDIP Bekasi itu. Menurutnya, momen ini semestinya menjadi bukti konkret komitmen Tri Adhianto terhadap ideologi Marhaen yang dibangun oleh Bung Karno, terutama karena acara ini diprakarsai oleh sesama kader, Nuryadi Darmawan (Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi dan penggagas acara).
“Spirit Bung Karno direaktualisasi oleh kadernya, tapi pemimpinnya justru tidak hadir. Ini ironis dan menjadi pertanyaan besar,” tegas Iskandarsyah.
Hal Ini Dipersoalkan
Ketidakhadiran Tri Adhianto dinilai tidak sejalan dengan posisi strategisnya baik sebagai kepala daerah maupun sebagai tokoh utama partai. Menurut Iskandarsyah, seandainya Tri berhalangan karena urusan kedinasan, seharusnya ia mendelegasikan kehadiran kepada Wakil Wali Kota atau Sekda, mengingat acara ini dilangsungkan pada hari libur.
“Nama Bung Karno adalah roh dari PDIP. Ketidakhadiran ini menciptakan disonansi antara identitas ideologis dan tindakan nyata,” ujar Iskandarsyah lebih lanjut.
Di Mana Letak Keironisannya
Sebagai pemimpin politik daerah yang berangkat dari PDI-P, Tri dianggap telah mendapatkan mandat kepercayaan dari rakyat melalui jalur ideologis partai. Oleh karenanya, ketidakhadirannya justru menimbulkan asumsi publik yang tidak menguntungkan dan terkesan tidak menghargai basis sejarah dan perjuangan partainya sendiri.
Pesan dari Peringatan Ini
Peringatan Bulan Bung Karno tahun ini, yang diselenggarakan di lokasi bersejarah perjuangan rakyat Bekasi, bukan sekadar seremonial. Melainkan, upaya untuk merekatkan sejarah, menggugah kesadaran ideologis, dan memperkuat kembali nilai-nilai Marhaenisme di tengah tantangan politik lokal.
Acara ini bukan hanya panggung politik, tetapi momentum reflektif bagi para kader dan pimpinan daerah untuk kembali pada akar perjuangan.
Ketidakhadiran Tri Adhianto di acara yang seharusnya menjadi panggung ideologisnya sendiri, menimbulkan ironi yang disorot tajam publik. Kritik konstruktif yang disampaikan pengamat politik seperti Iskandarsyah seyogianya dijadikan evaluasi serius, mengingat posisi Tri bukan hanya administratif, tetapi juga ideologis.
Jika pemimpin tidak hadir dalam panggung ideologis partainya sendiri, maka publik wajar bertanya: “Masihkah ideologi Marhaen hidup dalam tindakan?”