Ketua DPC GMNI Bekasi, Christianto Manurung, menyerukan kader GMNI untuk bersatu melawan penjajahan gaya baru menjelang Kongres XXII di Bandung.
Bekasi, – Mediarjn.com – Mengapa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) tetap relevan di usia 71 tahun? Pertanyaan ini dijawab secara lugas oleh Ketua DPC GMNI Bekasi, Christianto Manurung, yang menyatakan bahwa GMNI bukan hanya organisasi ekstra kampus, melainkan gerakan ideologis yang berakar dari semangat perlawanan terhadap radikalisme, penindasan, dan bentuk-bentuk penjajahan modern.
“GMNI telah 71 tahun mengabdi untuk bangsa. Perjalanan panjang ini tak sekadar soal usia, tetapi tentang konsistensi dalam menjaga marwah nasionalisme dan membendung arus radikalisme,” ujar Bung Chris, sapaan akrabnya, Rabu (19/6/2024) di Bekasi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Kongres GMNI XXII akan digelar di Bandung
Momentum kongres yang ke-22 ini dinilai sangat sakral. Bagi Bung Chris, kongres bukan hanya rutinitas organisasi, tetapi forum ideologis dan intelektual yang mempertemukan kader GMNI dari seluruh Indonesia untuk merumuskan gagasan strategis demi masa depan NKRI.
“Kongres adalah ajang konsolidasi nasional. Jangan sampai ternodai oleh narasi provokatif yang merusak semangat persatuan,” ujarnya tegas.
Patut Diwaspadai
Dalam pernyataannya, Bung Chris mengingatkan seluruh kader agar tidak mudah terprovokasi oleh suara-suara destruktif yang mengatasnamakan GMNI demi kepentingan tertentu. Ia juga menyoroti potensi adanya intervensi politik praktis, terutama dari oknum elit partai yang ingin menjadikan GMNI sebagai kendaraan ambisi pribadi.
“Harus kita pastikan bahwa setiap suara yang mengklaim kader GMNI perlu diverifikasi. Jangan sampai ada pihak luar yang memakai nama kita untuk agenda pragmatis,” ujar Chris dengan nada waspada.
Bagaimana seharusnya kader GMNI bersikap
Dengan tema “Bersatu Lawan Penjajahan Gaya Baru,” Chris menyerukan seluruh kader GMNI agar meneguhkan barisan ideologis dan memperkuat semangat kolektif untuk menjaga integritas organisasi.
“Tema kita sangat relevan. Di tengah arus globalisasi dan manipulasi informasi, GMNI harus jadi benteng ideologis bangsa,” pungkasnya.
GMNI bukan sekadar organisasi mahasiswa. Ia adalah ruh gerakan kebangsaan yang harus terus menjaga independensi dan idealisme. Dalam menyambut Kongres XXII, tantangan eksternal dan internal harus dihadapi dengan satu sikap: bersatu, cerdas, dan ideologis.
Merdeka!!!