Kabupaten Toba, – Mediarjn.com – Musim kemarau panjang yang melanda wilayah Tapanuli, khususnya Kabupaten Toba, telah menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi para petani. Ketika team media RJN bertanya kepada pemerhati lingkungan Toba sekaligus Ketum Forpemas Habornas, Parasman Pasaribu mengatakan bahwa banyaknya Tanaman Tanaman hortikultura seperti jagung, padi darat, cabai, tomat, dan lainnya mengalami kekeringan parah. Banyak yang gagal panen. Di kawasan pertanian Habornas dan lainnya para petani sudah menjerit karena kehilangan harapan dan terancam gagal panen .
Tak hanya itu, kekeringan yang berkepanjangan juga memicu kebakaran hutan yang meluas, terutama di kawasan sekitar Danau Toba. Asap mulai mencemari udara dan ancaman terhadap ekosistem pun semakin nyata.
Di tengah krisis ini, muncul pertanyaan besar dari masyarakat: Mengapa teknologi modifikasi cuaca belum diterapkan? Padahal Indonesia memiliki pengalaman dan sumber daya untuk mendatangkan hujan buatan, salah satunya melalui teknologi hujan buatan yang bisa dilakukan oleh PT Inalum atau Perum Jasa Tirta yang memang pernah melakukannya di kawasan Danau Toba.
Apakah karena permukaan air Danau Toba saat ini masih dinilai cukup tinggi, sehingga dianggap belum darurat?
Parasman Pasaribu (Ketum Forpemas Habornas) berharap pemerintah segera mengajak PT Inalum dan Jasa Tirta untuk melakukan modifikasi cuaca guna mendatangkan hujan dan mengatasi kekeringan serta kebakaran hutan yang makin meluas.
Modifikasi cuaca bukan lagi hal baru. Teknologi ini sudah terbukti mampu mendatangkan hujan secara terukur dan telah digunakan di berbagai wilayah Indonesia untuk mencegah bencana kekeringan dan asap akibat kebakaran hutan, ucapnya .
“Jika semua pihak duduk bersama, solusi bisa ditemukan. Jangan tunggu kerusakan makin parah,” ujar salah satu tokoh petani di Toba.
Pemkab Toba dan Pemerintah Provinsi diharapkan segera bertindak sebelum bencana ini berkembang menjadi krisis ekologis dan sosial yang lebih besar.
B.M. Hasibuan